Posted by : Unknown Rabu, 20 April 2016



Durasi              : 110 Menit
Genre              : Drama
Produser          : Ari Sihasale
Sutradara        : Ari Sihasale
Penulis Naskah : Jeremias Nyangoen

Pemeran Utama   : Simson Sikoway Sebagai  Mazmur
Pemeran Pembantu :
Abetnego Yogibalom Sebagai  Thomas
Laura Basuki Sebagai  Vina
Lucky Martin  Sebagai  Nyong
Lukman Sardi Sebagai  Samuel
Michael Idol Sebagai  Michael
Putri Nere Sebagai  Elsye
Ringgo Agus Rahman Sebagai  Ucok
Ririn Ekawati Sebagai  Dr. Fatimah


Pemain   :
Frisca Waromi Sebagai  Suryani
Maria Resubun Sebagai  Agnes
Razz Manobi Sebagai  Yokim
Yullex Sawaki Sebagai  Jollex

Film ini diambil dari lokasi shooting di daerah di Tiom Kabupaten LanyJaya, salah satu daerah terpencil di pedalaman Papua. Yang menceritakan tentang perjuangan dan semangat anak-anak di pegunungan Papua untuk mengenyam pendidikan dasar dengan berbagai keterbatasan dan persoalan adat setempat. Salah satu persoalan yang mereka hadapi ketika mereka ingin belajar yaitu; tidak adanya guru pengganti yang bersedia mengajari mereka setiap hari sebagai akibat kerasnya alam dan kehidupan di lingkungan Tiom dan seringnya terjadi perang antar warga kampung yang ditimbulkan dari hal yang sepele, sehingga guru kerap kali mengurungkan niatnya untuk mengajar di daerah tersebut. Di tengah keterbatasan yang mereka alami, akan tetapi semangat anak-anak di desa Tiom untuk bersekolah sungguh luar biasa.
Mazmur yang diperankan oleh  Simson Sikoway (pemeran utama), hampir setiap hari menanti datangnya guru pengganti yang akan mengajari mereka sambil menoleh ke arah bukit dan berharap harap cemas. Tatkala guru yang dinantinya tak kunjung datang, Mazmur pun segera masuk ke kelas sekolah dan memberitahukan kepada teman sekelasnya bahwasanya guru pengganti tidak  datang. Akan tetapi kecerian dan kepolosan anak-anak papua tidak hilang begitu saja. Untuk mengisi kekosongan, terkadang mereka bermain bola di dalam ruang kelas dan murid perempuannya bernyanyi bersama. Lagu “DiSini Senang Di Sana Senang” juga “Hymne Guru” jadi favorit mereka. Karena guru tidak pernah datang akhirnya Mazmur dan teman-temannya terkadang mencari pelajaran di alam dan lingkungan sekitar. Seperti berburu dan bercocok tanam.
Hingga kemudian pendeta Samuel, Ibu Dokter Fatimah, Om Ucok dan Om Joelex yang tidak tega melihat semangat anak-anak tersebut dalam mencari ilmu menjadi pupus karena tidak ada guru pengganti akhirnya mereka semua memutuskan untuk mengajar mereka di alam terbuka.
Konflik Persoalan mengemuka karena Blasius memergoki mama Mazmur (Putri nere) berboncengan dengan seorang pria dari pasar, padahal mama Mazmur hanya minta tolong kepada pria tersebut. Seketika ayah Mazmur marahnya minta ampun. Kekerasan pun diterima mama Mazmur dari sang ayah, Mazmur hanya bisa menangis dan meratapi nasib mamanya. Mazmur merangkul sang mama yang masih kesakitan setelah kejadian itu. Mazmur berkata: "Kenapa mama kena pukul dan kenapa mama tidak balas" Mama mazmur, sembari menasehati: "Kasih itu tidak boleh membalas, laki-laki tidak boleh pukul perempuan, perempuan jg tidak boleh pukul laki-laki mazmur! itu toh. tuhan bilang perempuan itu diambil dr tulang rusuk laki-laki, jd kalau laki-laki dengan perempuan baku pukul, itu sama sj ko pukul diri sendiri mazmur" Mazmur: "kalo laki-laki sama laki-laki?" Mama: "Tuhan menciptakan manusia itu untuk saling mengasihi, ko mengerti itu mazmur?"

14200464491448410891


Masalah berlanjut ketika terjadi pertengkaran antara Blasius (ayah Mazmur) dengan warga kampung sebelah karena Blasius merasa telah ditipu oleh seorang warga kampung sebelah akibat transaksi penjualan burung dengan sejumlah uang yang diterima oleh Blasius adalah uang palsu. Warga kampung yang merasa tidak terima atas pemukulan yang dilakukan oleh Blasius, dan kemudian mereka hendak membalas perlakuan yang telah diterimanya. Akibatnya, ketika Mazmur dan ayahnya hendak menyeberang jembatan, dua orang kawanan kampung sebelah menghadang sambil mengenakan busur panah. Sambil menenangkan Mazmur, bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya, seketika itu pula salah satu kawanan tersebut melepaskan anak busur panah ke arah Blasius dan Mazmur pun berhasil menyelamatkan diri dari kawanan itu dengan cara melompat dari jembatan ke arah sungai. Kabar kematian Blasius pun sampai ke telinga Michael, adik dari Blasius yang sejak kecil diambil oleh mama Jawa yang tinggal dan belajar di Jakarta, Michael terpukul mendengar itu, bersama Vina (Laura Basuki) istrinya, dia memutuskan untuk kembali ke Papua dan mencoba menyelesaikan permasalahan ini.
Pasca kematian Blasius, perkampungan pun mencekam akibat warga kampung yang saling serang satu sama lain. Korban pun berjatuhan dari kedua bela pihak dan rumah rumah warga (Honai) pun tidak luput dihancurkan. Melihat banyaknya korban akibat pertikaian, Dokter Fatimah sempat kewalahan mengobati para warga. Namun tidak segampang yang dipikirkannya, karena adik bungsunya Alex menentang semua pemikiran modern dari Michael. Perang! Itu jalan satu-satunya bagi Alex untuk membalas kematian Blasius. Orang dewasa bisa saja bertikai, namun tidak bagi Mazmur, Thomas dan ketiga sahabatnya, walaupun kampung mereka bermusuhan, ayah Mazmur terbunuh oleh ayah Agnes, tapi mereka tetap berkawan dan berusaha mendamaikan kedua kampung ini. Hingga akhirnya nyanyian perdamaian dari anak-anaklah yang mampu meluluhkan senjata orang-orang dewasa yang selama ini teracung tinggi-tinggi untuk saling melawan. Perubahan yang dibawa Mazmur dan kawan-kawan melalui nyanyian serta prinsip kedamaian mereka, membuat orang-orang akhirnya mau bergandengan tangan.

Kesimpulan :
1.   Program pemerintah mengenai pemerataan pendidikan seolah menjadi pekerjaan rumah belum tuntas untuk kerjakan di Kawasan Indonesia Timur. Bisa dibayangkan guru yang mengajar di sana sudah 6 bulan tidak mengajar, mau di kemanakan marid-muridnya.
2.    Pertikaian tidak akan memberikan solusi, balas dendam akan melahirkan suatu rantai penyakit yang tidak ada habisnya. Memaafkan adalah sifat kesatria dari seorang manusia.
3.   Dengan damai anak-anak akan bisa bersekolah, orang tua bisa bekerja dengan baik, dan tentunya negara ini akan lebih sejahtera dan maju
4.  Jangan sampai bangsa ini terlena dengan kemajuan yang dijabarkan dalam data statistik. Disajikan hanya dalam angka-angka, yang sebenarnya mudah sekali dimanipulasi. Terjunlah di lapangan, lihatlah kondisi masyarakat langsung apa adanya. Masih banyak mereka yang butuh perhatian. Tonton dan renungkanlah. Bangsa ini masih perlu banyak berubah

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

- Copyright © Patria Tisna Nurrahmat - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan And Ray -